Seharusnya, kehilangan tidak perlu menjadi hal yang menakutkan. Banyak orang mengakui, dari setiap kehilangan, bukan dia-yang-bersangkutan yang membuat perbedaan menjadi terasa. Tetapi, kebiasaan yang sebelumnya dilakukan bersama, kini hilang dan pergi dengan orang tersebut.Harusnya sih, kehilangan tidak perlu ditakutkan karena tidak ada yang tahu, apa yang akan terjadi setelahnya ya?
Kali ini, saya harus belajar banyak – juga berkali-kali dari nya. Kehilangan yang sementara sebelum akhirnya kamu kembali dengan wajah sumringah dengan kerinduan setinggi hasta. Saya harus berusaha seolah-olah tidak pernah mencari barang sedetik saja dalam hidupmu. Lalu kehilangan yang tiba-tiba meski sebenarnya kedatanganmu persis sama dengan cara kamu menghilang. Tiba-tiba.
Tetapi, sekali lagi, bukan kepergianmu, melainkan kekosongan yang hadir karena kamu tidak lagi ada. Yang membuat hilang menjadi semakin dekat dan menawarkan diri untuk dibenci. Hal yang terlanjur terjadi, kebiasaan-kebiasaan yang menjadikanmu ada, yang membuat saya terenggut karena kamu benar-benar menjadi bagian keseluruhan hidup ini
Tentu ada marah dan benci, tetapi hanya untuk bait-bait kesunyian yang tercipta setelah kamu pergi. Bait yang membuat saya menjadi asing nyaris tidak dapat diterima. Karena yang terjadi di dalam hati, ialah tidak akan pernah ada ikhlas sebab saya tidak pernah sekalipun belajar bagaimana melepaskan. Dan tidak pernah pula saya temukan cara yang benar-benar baik untuk melepaskan orang lain pergi jika bukan dengan dipaksa kemudian melupakannya. Cepat kembali bahu kananku.
No comments:
Post a Comment