Thursday, 18 April 2013

Sepi tak akan pernah bisa sederhana

Sepi itu membunuh, menghimpit paru-parumu, begitu sesak, sampai kau lupa bagaimana caranya bernafas. Ujung dadamu selalu terasa kian sesaknya, hingga terkadang kau tak sadari, matamu sudah berkabut, yang pada akhirnya berlumuran air mata.
Sepi memang tak akan pernah bisa sederhana. Kerap membuatmu meradang, dan selalu mempecundangimu dengan cara seperti itu.
Sulit memang jika Tuhan sudah punya keinginan, Dia tak pernah bisa bersabar. Dan sukan bagimu untuk menang, saat kau berurusan dengan takdir, karena takdir sama sekali tak bisa menunggu. Kau hanya bisa duduk manis menerimanya, dipaksa merasakannya, dan kau sangat sadar, kalau kau tak mampu mengubah apapun di dalamnya. Takdir hanya bisa memberimu pesan, bahwa dunia bukanlah tempat, dimana semua keinginan bisa terwujud.

Inilah Tuhan, sang maha pengasih lagi maha penyayang, tapi di satu sisi, dia terbukti maha kuat. Saking kuatnya, hanya dalam hitungan detik dia bisa membuatmu tersungkur, jatuh kedalam jurang kepedihan, mencabik sedikit demi sedikit dinding jiwaku, yang semakin lama semakin terlihat ringkih.

Melanjutkan hidup, tentu saja. Karena memang hidup pasti akan berlanjut dengan sendirinya. Hanya saja hidup ini tak cukup hanya sekedar dilanjutkan, tapi juga patut dirayakan. Dan kepergianmu, membuat segalanya menjadi sulit, dan kerap kali membuatku bertanya, bagaimana caranya merayakan hidup, saat kau berada di titik ini, titik dimana Tuhan telah membuat kita bermandi jarak, berpeluh sepi dan terus terbenam dalam kosong.


Sunday, 14 April 2013

Its been 40 days, and its just a matter of time until we meet again

Arom pagi yang ranum,
Dengan kicauan burung pagi di luar jendela
Di atas tiang listrik tua sebelah barat
Kau masih terjaga,,
Masih dengan baju kesayanganmu
Masih dengan clana pendek kesayanganmu
Yang sudah kusut penuh ruas
Namun wanginya masih sama
Seperti tadi malam
Di atas balkon menikmati rokok yang kau bakar
Bersama angin malam yang tak lagi bersahabat
Sebelum kau tertidur
Memadamkan mata lampu
Yang ada kini cuma hening..

Dan aku hanya menatap cangkir-cangkir kopi
yang mendingin semalam.

Dalam pejam.. hidup terasa lebih nyaman
Karena saat kau terjaga dalam nyata
Remah waktu hanyalah menuai
Menggerogoti tubuh tuamu
Nyaris habis

Apa pagi bakal datang lagi??
Menunggu dibalik pintu untuk kau jumpai
Dan itu.. hanya bisa kuhadapi
Dengan hela nafas panjang dan senyum yang membisu

Tadi malam kenangan itu mencair,,
Dan pagi ini sudah jadi embun
Sejuknya sampai ke pucuk

Aku kembali memulai pagiku
Menyusuri sudut ruang tidurmu
hhhhh...
Aku kembali sadar..
Tak ada lagi jejakmu ayah
dan aku benci itu

Tak adil rasanya ,
jika harus aku menghindari perihnya
yang jelas - jelas menunggu dpan pintu
tak perlu mencari keramaian ..
atau bahkan menghapus setapak demi setapak
jejak yang pernah kau toreh disini

Semuanya itu hanya akan menguras tenaga
mengoyak hati bahkan celakanya
terasa hanya seperti membodohi diri sendiri
karena semakin kuat kau berusaha membuang kepedihan itu
semakin cepat pula ia berlari kearahmu
kembali menghantam
dengan benturan yang dua kali lipat hebatnya

Jadi ,, duduk sajalah
menangis sekeras yg kau bisa
Nikmati stiap lekuk perih
yang meluluhlantahkan rongga jiwamu
karena memang niscaya tak ada yang bisa mengelak
dari kepedihan..


Thursday, 11 April 2013

Waktu itu di danau..

Sesuatu yang manis ini sedang saya tulis, ternyata.
Butuh waktu beberapa menit menyadari bahwa ...
"kamu" masih menjadi sebuah energi untuk tulisan saya.

Saya ingin kamu membacanya..
Berusaha menyelami kata - demi - kata
yang tampaknya cetek tapi ternyata dalam

..
Saya menyukai seberapapun kilometer kita jauh pergi
Semakin banyak lampu merah yang kita lewati
semakin lama saya melukin kamu,
..
Danau
kita sampai di sebuah danau,
dengan banyak aktivitas di sekitarnya
Tidak menjadi sesak apalagi bising
..

Waktu itu kamu duduk di samping saya ..
Kalaitu juga saya menikmati
Apa - apa yang kamu sajikan
Cerita hangat lengkap dengan teka - teki
Yang (selalu) membuat saya senyum manis sendiri
bukan begitu??

Saya juga menikmati dua minuman yang kita pesan kala itu
Saya juga menikmati di saat - saat asap rokok, dimana..
asap rokok yang saya benci menjadi teman karena kamu membakarnya.
subhanallah.. saya tidak bisa menggambarkan seberapa banyak saya mencintaimu.

Ceritamu yang tiada habis, dan pertanyaan saya yang..
beruntun terus menerus, membuat satu dua tiga jam tidak pernah cukup untuk kita.

Saya benci ketika saya tahu, saya harus pulang.
saya benci ketika harus menghentikan percakapan yang dibuka Di danau itu
Saya juga (sebenarnya) benci, melihat kamu..
berjalan membelakangi saya untuk melangkah pulang
sendiri..

Jika kamu menyukai kebersamaan - kebersamaan kita,
maka saya sangat menyukai ketika kamu meleburkan diri dalam lamunan
untuk sekedar melamunkan diri saya

Mr.j






Wednesday, 10 April 2013

Pergijauh..

Namaku Luka..
aku tinggal di lantai dua,
aku tidur di atas kamarmu

kau pasti sebelum ini pernah melihatku?
bila kau mendengar sesuatu di tengah malam
seperti masalah atau pertengkaran
janganlah kau tanyakan padaku itu apa
aku pikir aku hanya ingin sendiri
tidak ada yang salah atau disakiti
hanya jangan tanyakan padaku bagaimana

hilang perlahan..


Melabur dalam lamunan..



aku selalu kagum..
kepada setiap ketukan detik,
yang merangkak pelan - pelan pada jam dinding
rahasianya tak terselami
menyelundup diam-diam
namun tak pernah lupa
menanam benih-benih cerita.
kamu adalah kamu
aku adalah aku
aku , kamu adalah jiwa yang menari
asa tergenggam
jiwa melayang terbang
berpijak dari satu titik ke titik lainnya
menebar tawa
meluruhkan air mata

percayalah aku sedang melebur dalam lamunan, melamunkan kamu yang membuatku nyaman berbaring di sampingmu menunggu pagi..

Tuesday, 9 April 2013

Terima kasih kenangan bersamamu..

Bukan sesiapa kamu manusia melawan takdirnya Tuhan.
Duduk dan nikmati saja apa-apa yang menyapamu.

Kamu (dulu)
Mungkin bisa jadi sebuah titik
Yang kecil lalu diperlebar
Tegak menjadi garis
Aku selalu terangkan titik itu,
Yang kemudian perlahan hilang
Bersama kata di depannya
Bersama lembaran yang menutup
Tertutup rapih di putih.

Ini tak akan ku simpan rapih, tak akan pernah.
mungkin secara sengaja kamu (yang dulu) akan menemukannya di bungkusan cabai abang-abang sayur. Jika itu masih ada beberapa lembar di gudang, mungkin aku hanya lupa membuangnya. Jangankan untuk membuang ataupun membersihkan, ingat kalau aku pernah menulis semanis itu saja aku lupa. Jadi bukan maskut apa-apa jika aku menulis di lembar-lembar putih itu tentang (kamu dulu), ingat ya sayangku (Angga) itu hanya dulu. Aku hanya ingin berterima kasih atasa semua kenangan dan sakitnya.

Monday, 8 April 2013

Your smile :)

Keindahan matahari terbit membuat hangat kamu dipikiranku.
Tuhan..betapa indah rasa yang kau titipkan.
Dia embunku, yang beningnya memberi kesempatan untuk berkaca
yang bersih, jernih, dan menyimpan kekuatan tidak menjadi letih
Sejuknya tak ingin terlewatkan.

Jemariku masih tergenggam manis olehmu..


Begitu banyak cerita di setiap harinya.
Pagi.. dan naik sepertiganya.
Asa ku jauh terbang bersama lengkungan senyummu..
Aku akan selalu menitikan semuanya kepadamu
Enggan berpaling, karena aku pecandu kamu

Penikmat kamu tanpa jeda.
Senja berganti kemudian..
Masih cerita tentang kita,
Sesederhana senyum yang tercipta ketika itu
Ketika kamu mencium keningku,
Secara tidak sengaja,
kamu meninggalkan memori baik di kepalaku (selalu)

Gusti ALLAH.SWT..
Rahasia MU tak terselami.
Biarkan genta kecil MU terus berbunyi di hidupku.

Aymisyu bahu kanan.